Seminar Nasional GANTARI (Gebyar Ajang Tani Inspiratif) 2025: Dorong Peran Strategis Generasi Muda untuk Swasembada Pangan
Jakarta, 25 September 2025 – Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sukses menggelar Seminar Nasional GANTARI (Gebyar Ajang Tani Inspiratif) 2025 dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional ke-65.
Dengan mengusung tema “Peran Strategis Generasi Muda terhadap Swasembada Pangan Menuju Indonesia Emas,” kegiatan yang digelar di Auditorium Harun Nasution ini menghadirkan berbagai pakar, akademisi, dan praktisi di bidang pertanian dan ketahanan pangan.
Beberapa di antaranya adalah Dr. Jarot Indarto, SP, MT, MSc, Ph.D. (Direktur Direktorat Pangan dan Pertanian Bappenas); Prof. Achmad Tjachja Nugraha, M.P., PIA., CFrA., CACP (Dewan Pengawas PISPI dan Guru Besar Prodi Agribisnis UIN Jakarta); Ir. Yeppi Suherman, MM (Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan); Ir. Adhie Widiharto (Tim Kajian DPN HKTI); Diky Indrawibawa, S.P., M.Agr. (Founder PT Bumi Agrotech Bandung); serta Ahmad Fahrizal, petani milenial yang aktif mempromosikan pertanian modern.
Acara terbagi menjadi dua sesi utama, yakni keynote speech oleh Dr. Jarot Indarto dan Prof. Achmad Tjachja Nugraha, serta talkshow interaktif bersama Adhie Widiharto, Diky Indrawibawa, dan Ahmad Fahrizal, dengan moderator Dewi Rohmawati, S.P., M.Si., dosen Program Studi Agribisnis UIN Jakarta.
Tantangan Ketahanan Pangan Nasional
Dalam pemaparannya, Dr. Jarot Indarto menyoroti tantangan besar yang masih dihadapi Indonesia dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Ia menyebutkan bahwa sebagian besar lahan pertanian Indonesia, sekitar 89,5%, belum dikelola secara berkelanjutan, sementara produksi padi terus menurun sekitar 1,1% per tahun. Ketergantungan terhadap impor beras, daging, susu, dan garam juga menjadi tantangan serius.
Pemerintah, kata Jarot, telah menyiapkan sejumlah program prioritas seperti peningkatan produktivitas hortikultura, pengembangan pangan lokal, serta digitalisasi sistem pangan. Tujuannya untuk meningkatkan indeks ketahanan pangan menjadi 82 pada tahun 2029 dan memperkuat produksi padi nasional. Pemanfaatan teknologi digital dan remote sensing menjadi kunci menuju pertanian presisi dan efisiensi produksi.
Modal Sosial dan Kesejahteraan Petani
Sementara itu, Prof. Achmad Tjachja Nugraha menyoroti stagnasi penurunan kemiskinan di pedesaan meskipun anggaran pembangunan meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ia menjelaskan bahwa angka kemiskinan di desa masih dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan di kota, disebabkan oleh urbanisasi, ketimpangan pendidikan, dan keterbatasan akses ekonomi.
Menurutnya, penguatan modal sosial menjadi kunci dalam mengatasi masalah ini. “Modal sosial adalah nilai, norma, kepercayaan, dan jaringan yang memungkinkan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama,” ujar Prof. Tjachja. Ia menekankan pentingnya mengaktifkan tokoh dan lembaga lokal, memperkuat pendidikan, serta membangun kepercayaan dan kolaborasi antarpetani agar bantuan yang diberikan dapat berkelanjutan.
Inovasi Daerah dan Peran Generasi Muda
Ir. Yeppi Suherman, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang Selatan, memaparkan tantangan dan potensi ketahanan pangan di daerah perkotaan. Meskipun lahan pertanian di Tangsel semakin terbatas akibat urbanisasi, kota ini memiliki potensi besar untuk menjadi hub pangan kawasan Jabodetabek melalui pengembangan urban farming berbasis teknologi tinggi.
Pada sesi talkshow, Ir. Adhie Widiharto mengajak generasi muda untuk mengubah stigma bahwa bertani identik dengan kemiskinan. Ia menekankan pentingnya organisasi, jejaring, dan analisis pasar agar petani muda mampu bersaing.
Diky Indrawibawa, S.P., M.Agr. menambahkan bahwa modernisasi pertanian harus menyentuh semua rantai produksi, dari hulu ke hilir, serta memperkuat regenerasi petani. Sedangkan Ahmad Fahrizal menyoroti pentingnya personal branding dan public speaking bagi petani muda, serta pemanfaatan media sosial untuk berbagi pengalaman dan menginspirasi lebih banyak orang.
Sinergi untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan
Melalui Seminar Nasional GANTARI 2025, HMJ Agribisnis UIN Jakarta menegaskan bahwa masa depan ketahanan pangan Indonesia bergantung pada sinergi kebijakan, penguatan modal sosial, adopsi teknologi, dan peran aktif generasi muda.
Kegiatan ini menjadi ruang strategis untuk mempertemukan akademisi, pemerintah, dan pelaku usaha dalam membangun pertanian yang tangguh, inovatif, dan berkelanjutan menuju Indonesia Emas 2045.